Komunitas Pejalan Spiritual, Memberi wawasan tentang Tenaga Dalam/Gaib - Metafisika - Penyembuhan Prana - Mistik Kuno - Terawang - Mbabar Jiwa Ma'rifat Jati, guna membentuk pribadi yang berbudi luhur, cinta tanah air, budaya bangsa

Lelaku



aksoro jowo manjing ing rogo
Ajaran disini harus dilihat murni sebagai suatu upaya untuk meningkatkan derajat ilmu, dimana laku prihatin ini sangat mampu mempengaruhi jiwa, akan membuat seseorang menjadi arif dalam mengendalikan emosi, mengurangi nafsu serta memaksimalkan energi yang telah di kuasai.

Sehingga tubuh dan jiwa menjadi lebih peka terhadap segala sesuatu yang bersifat getaran  atau makna yang halus sekalipun, laku ini bisa di sesuaikan dengan hasrat yang muncul di dalam hati.

Mungkin ketika kita mencoba sesuatu  yang langka, kita tidak akan tahu maknanya, namun setelah selesai barulah kita tahu hikmahnya.

Niatkan setiap laku untuk pengendalian diri dan ini bersifat pribadi, tidak ada ilmu yang di transfer seperti halnya permainan sulap ( tiban ) tanpa terlebih dahulu si pelaku memiliki alasan –alasan atau penyebab ia menjalani atau mencari ilmu ini dan itu.
Berikut berbagai macam lelaku :

PUASA MUTIH
Seperti puasa biasa namun diperbolehkan makan nasi putih dan air putih, dalam kondisi demikian tubuh menjadi lemas dan perasaan raga kita semakin ringan, sehingga boleh dikatakan tekanan energi dalam tubuh sama dengan jin, sehingga wajar mereka yang melakukan puasa mutih terkadang bisa melihat jin, orang yang menjalankan lelaku ini secara otomatis syahwatnya menurun.

PUASA NGERUH
Dalam menjalankan tahap ini seseorang  tidak boleh makan segala makanan yang memiliki nyawa / makhluk Binatang apapun, sebab apapun yang memiliki nyawa mengandung nafsu, apabila di makan akan mempengaruhi / meningkatkan nafsu pemakannya.
Tujuan Ngeruh ini adalah mengendalikan nafsu bahkan di harapkan bisa menghilangkan nafsu, makanan yang tidak boleh di makan :

-          Daging segala macam hewan
-          Telur, ikan laut dan air tawar
-          Bahan makanan yang mengandung daging


PUASA NGEBLENG
Adalah mengentikan kebiasaan demi mencapai tujuan tingkat perenungan yang tinggi, pelaku dari tahap ini cukup berat, harus menghindari :
-          Makan, minum dan tidur
-          Keluar rumah, bersenggama dan menyalakan api

LAKU JEJEG
Jejeg bisa di artikan lurus ( tegak ) penggambaran bahwamereka yang menjalankan tahap ini menjadi manusia yang lurus lahir – bathinnya, pada tahap ini pelaku tidak diperbolehkan menekuk kaki sepanjang hari kecuali saat  Shalat dan buang Hajat.

LAKU LELANA ( lelono - mengembara )
Lelaku ini dijalani dengan berjalan kaki mulai matahari terbenam hingga terbit, selama dalam perjalanan dianjurkan mengolah jiwa dan selalu intropeksi diri, selama laku lelana ini kemungkinan akan menemui haal – hal yang jauh dari jangkauan akal, sehingga diharapkan bisa menambah kekayaan bathin.

LAKU TIDAK TIDUR 3 Malam
Apabila anda mampu manahan kantuk serta tidak memejamkan mata selama 3 hari 3 malam lamanya, maka anda akan bisa melihat makhluk halus ; tuyul dan sebagainya, hal ini memang lelaku yang berat, namun jika disertai niat yang kuat semua akan terlaksana.

@ ciri – ciri penampakan Khodam ; nampak tenang berwibawa serta bisikannya penuh makna.

==============ooo==============



Kalender Spiritual Jawa

Kalender Jawa sama halnya dengan kalender-kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan, tanggal dan hari dari suatu saat. Dalam kalender ini selain ada tujuh hari, minggu sampai dengan sabtu juga ada lima hari pasaran : kliwon, legi, pahing, pon dan wage. Di Jawa kedua macam hari itu digabungkan untuk mengingat kejadian-kejadian yang penting, misalnya seseorang lahir hari Minggu-Kliwon atau Minggu-Wage; seseorang meninggal hari Jumat-Legi atau Jumat –Pon.
Sultan Agung yang terkenal, ratu binatara kerajaan Mataram kedua lahir dan wafat pada Jumat-Legi. Beliau itu dihormati sebagai ratu bijak di tanah Jawa. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 adalah juga pada Jumat-Legi. Orang tradisional biasanya tidak akan kawin atau melakukan hal-hal yang penting, pada saat yang dianggap “Hari Jelek” antara lain hari kematian orang tuanya.

Simbol perputaran hidup

Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu diciptakan oleh Gusti, pencipta Jagad Raya, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tahun
Terdapat delapan nama dari tahun Jawa, misalnya tahun internasional 1999 sama dengan tahun Jawa, Ehe 1932 yang dimulai sejak bulan Sura, bulan pertama. Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut :

1. Purwana • Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)
2. Karyana • Ehe, artinya tumandang (melakukan)
3. Anama • Jemawal, artinya gawe (pekerjaan)
4. Lalana • Je, artinya lelakon (proses, nasib)
5. Ngawana • Dal, artinya urip (hidup)
6. Pawaka • Be, artinya bola-bali (selalu kembali)
7. Wasana • Wawu, artinya marang (kearah)
8. Swasana • Jimakir, artinya suwung (kosong)

Kedelapan tahun itu membentuk kalimat: ada-ada tumandang gawe lelakon urip bola-bali marang suwung. Terjemahan bebasnya kurang lebih : mulai melaksanakan aktifitas untuk proses kehidupan dan selalu kembali kepada kosong.
Tahun dalam bahasa Jawa itu wiji (benih), kedelapan tahun itu menerangkan proses dari perkembangan wiji (benih) yang selalu kembali kepada kosong yaitu lahir-mati, lahir-mati selalu berputar

Nama-nama Bulan

Satu tahun terdiri dari 12 bulan yang menunjukkan Sangkan Paraning Dumadi (asalnya dari mana dan akan pergui kemana), disini ada 12 proses yaitu :
1. Warana • Sura, artinya rijal
2. Wadana • Sapar, artinya wiwit
3. Wijangga • Mulud, artinya kanda
4. Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
5. Widada •Jumadi Awal, artinya wiwara
6. Widarpa • Jumadi Akhir, artinya rahsa 7. Wilapa • Rejep, artiya purwa
8. Wahana • Ruwah, artinya dumadi
9. Wanana • Pasa, artinya madya
10. Wurana • Sawal, artinya wujud
11. Wujana • Sela, artinya wusana
12. Wujala • Besar, artinya kosong

Setiap eksistensi dari hidup manusia baru dimualai dengan Rijal (sinar hidup yang diciptakan oleh kekuatan gaib dari Gusti Tuhan). Perputaran hidup manusia adalah dari rijal kembali ke rijal melalui suwung (kosong). Dari bulan pertama sampai dengan bulan ke sembilan manusia baru tersebut berada di kandungan ibu dalam proses untuk mengambil bayi hidup yang sempurna, siap untuk lahir; dari bulan kesepuluh dia menjadi seorang manusia yang hidup didunia ini. Bulan kesebelas melambungkan akhir dari pada eksistensinya didunia ini yaitu, wusana artinya sesudahnya. Yang terakhir adalah suwung artinya kosong, hidup pergi kembali dari mana hidup itu datang. Dengan kehendak Gusti hidup itu kembali lagi menjadi rijal, inilah perputaran hidup karena hidup itu abadi.

Ada kalanya orang tua bijak memberikan nasihat sebaiknya setipa orang itu tahu inti dari Sangkan Paraning Dumadi atau purwa, madya, wusana. Sehingga orang akan selalu bertingkah laku yang baik dan benar selama diberi kesampatan untuk hidup didunia ini.

Dino pitu (hari tujuh)

Nama hari ini dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap bumi adalah nama dari ke tujuh tersebut.
1. Radite • Minggu, melambangkan meneng (diam)
2. Soma • Senen, melambangkan maju
3. Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
4. Budha • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
5. Respati • Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
6. Sukra • Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
7. Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)

Hari Pasaran lima

Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap)dari bulan
1. Kliwon • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)
2. Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)
3. Pahing • Pahit, melambangkan madep (menghadap)
4. Pon • Petak, melambangkan sare (tidur)
5. Wage • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)

Tanggal

1. Tanggal pertama tiap bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih besar dan lebih terang.
2. Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan dewasa yang telah bersuami istri.
3. Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tapi sudah ada tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
4. Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya ingatannya.
5. Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh orang lain kembali seperti bayi layaknya.
6. Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, dimana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
7. Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat dimana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.

Proses perputaran hidup ini dinamakan cakramanggilingan (cakra = senjata berbentuk roda yang bergigi tajam, manggilingan = selalu berputar). Manusia yang berbudi baik selalu mengikuti jalan yang diperkenankan oleh Yang Kuasa orang terdebut akan dituntun mengetahui sanggkan paraning dumadi (datang ke dunia berawal suci hidup didunia berhati dan berperilaku suci dan kembali dalam keadaan suci lagi)

Dino : Neptu Warna, Pasaran : Neptu  Warna
Minggu : 5 Hijau, Legi 8 Putih
Senin : 4 Biru, Paing 5 Abang
Selasa : 3 Cokelat, Pon 9 Kuning
Rabo : 7 Putih, Wage 7 Ireng
Kamis : 8 Abang, Kliwon 4 Ungu
Jumat : 6 Kuning
Sabtu : 9 Hitam

Sasi Neptu Tahun Neptu
Sura 7 Alip 1
Sapar 2 Ehe 5
Rabingulawal 3 Jimawal 3
Rabingulakir 5 Je 7
Rejeb 2 Wawu 6
Ruwah 4 Jimakir 3
Pasa 5
Sawal 7
Dulkaidah 1
Besar 3

0 Response to "Lelaku"

Post a Comment